Kamis, 05 Agustus 2010

Penerapan Metode Pembelajaran Demonstrasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam dan Bahasa dan Sastra Indonesia pada Siswa Kelas V SD Negeri 013 Tampan Pekanbaru Tahun Pelajaran 2009/2010

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Nasional di Indonesia menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, Bab I Pasal 1 (1) pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya , masyarakat, bangsa dan Negara.
Proses pembelajaran menentukan mutu pendidikan. Guru senantiasa berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas.
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk penelaahan atau inkuiri melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidik misalnya guru, atau kepala sekolah dalam situasi sosial dilakukan untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran serta keabsahan.
Rendahnya mutu pendidikan dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Juga berhubungan erat dengan kegiatan belajar mengajar yang terjadi di sekolah. Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan.
IPA adalah ilmu mempelajari seluk beluk tentang kehidupan tentunya berhubungan dengan makhluk hidup yang erat dengan kehidupan sehari- hari. Oleh karena itu, dalam penerapannya tentunya perlu untuk memahami konsep-konsep yang ada di dalam mata pelajaran ini. Sehingga sebagai siswa dengan tidak luput dari bimbingan gurunya untuk memecahkan masalah- masalah yang ditemukan dalam proses belajar. Seperti halnya peranan guru dalam kaja kelompok yaitu sebagai manager, observer, advisor, dan evaluator (Hasibuan dan Moedjono, 1992).
Proses belajar Bahasa dan Sastra Indonesia pada prinsipnya meliputi kegiatan mengajar dan belajar siswa, meliputi siswa, guru, tujuan, bahan ajar, metode dan evaluasi pembelajaran. Dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, guru harus dapat mengorganisir semua komponen yang tertera di atas dengan baik, yaitu dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai program pembelajaran. Kurang profesionalnya guru Bahasa dan Sastra Indonesia dalam mengajar merupakan faktor penghambat kurang berhasilnya pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah.
Suparman (1993) mengatakan guru sebagai tenaga pengajar dan pendidik dituntut untuk mempunyai kemampuan lebih untuk mentransfer ilmu yang ia miliki kepada peserta didik. Karena peranan guru hendaknya dapat meningkatkan perilaku siswa dalam segi peningkatan kemandirian seperti dalam hal srategi. Kondisi belajar untuk siswa di dalam interaksi belajar mengajar. Maksudnya di sini seperti menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan siswa dalam belajar, berupa: pengetahuan, sikap, keterampilan, sarana maupun prasarana serta fasilitas material.
Guru dituntut melakukan suatu usaha perbaikan salah satu usaha perbaikan yang dapat dilalokan oleh guru adalah memilih salah satu strategi pembelajaran. Dari sekian banyak model pembelajaran yang ada, pembelajaran metode demonstrasi dapat digunakan sebagai altematif untuk meningkatkan dan mengoptimalkan kemampuan berpikir siswa secara individu sehingga diharapkan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Pada pelaksanaan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada materi pokok alat peredaran darah pada manusia sering kali guru mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi pokok alat peredaran darah pada manusia agar siswa memperoleh konsep tentang alat peredaran darah pada manusia secara benar. Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 ditetapkan salah satu standar kompetensi yang harus dikuasai anak yaitu alat peredaran darah pada manusia sederhana mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam serta salah satu standar kompetensi menulis dialog sederhana dan membaca pusi pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
Berkenaan dengan hal di atas dalam mengajar Ilmu Pengetahuan Alam pada materi gangguan alat peredaran darah pada manusia nilai siswa jauh dari kriteria ketuntasan minimal yang diharapkan. Ulangan harian siswa rata-rata rendah yaitu kurang dari KKM 63. Di samping itu siswa nampak ragu-ragu dalam mengerjakan soal latihan sehingga jawaban yang diberikan tidak memuaskan seperti yang diharapkan. Demikian pula halnya dengan mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia siswa banyak yang mengeluh susah dan membosankan, nilai yang diperoleh siswa selalu rendah, kurang dari KKM 62.
Hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas V Semester II Tahun Pelajaran 2008/2009 secara klasikal masih rendah. Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Guru telah berusaha meningkatkan hasil belajar siswa dengan memberikan tugas tambahan, maupun remedial kepada siswa yang belum mencapai ketuntasan, namun belum menunjukkan hasil yang diharapkan.
Untuk mengatasi keadaan tersebut, usaha-usaha perbaikan yang dilakukan guru yaitu memberikan tugas-tugas latihan kemudian dikoreksi hasilnya, melakukan remedial, memberikan pembelajaran kelompok. Upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi hal tersebut belum banyak membawa perubahan terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa, hal ini disebabkan karena model pembelajaran yang diterapkan tidak memotivasi mereka untuk belajar lebih giat. Hal inilah yang diperkirakan menjadi penyebab rendahnya hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa, sebagian besar siswa menganggap Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pelajaran yang sulit. Keadaan ini hendaknya segera direspon secara positif dengan mencari alternatif model pembelajaran yang efektif, yang membuat siswa mudah memahami materi Ilmu Pengetahuan Alam.
1. Pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
a. Dalam pembelajaran tidak digunakan alat peraga.
b. Kurangnya keberanian siswa dalam bertanya pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
c. Sebagian siswa tidak mempunyai catatan tentang materi yang diajarkan.
2. Pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
a. Penjelasan guru kurang dipahami siswa
b. Siswa tidak berani tampil dan membaca dengan baik, hal ini juga dipengaruhi oleh faktor psikologis, merasa asing, merasa malu, merasa takut dan kurang percaya diri.
b. Siswa tidak mampu mengungkapkan idenya.
c. Pemberian tugas kelompok jarang dilakukan.
d. Pemahaman siswa terhadap sejarah uang masih kurang.
Keterampilan membaca puisi merupakan kegiatan siswa yang tidak
mudah. Kegiatan ini memerlukan keterampilan yang meliputi penghayatan
puisi yang dibacakan, menyuarakan kata-kata dengan intonasi yang jelas dan
penampilan sesuai dengan penjiwaan puisi itu. Kendala yang terjadi di SD Negeri 013 Tampan Pekanbaru khususnya kelas V pembelajaran belum menggunakan metode yang mampu memotivasi siswa untuk membacakan puisi dengan baik. Pembelajaran melalui metode demonstrasi merupakan pilihan yang
paling tepat. Dengan melalui metode demonstrasi siswa dapat menerima
peragaan secara langsung oleh guru. Dari peragaan ini siswa dapat
memperoleh pengalaman secara langsung tentang pelafalan, penghayatan dan
penampilan sesuai dengan puisi yang dibacakan.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul Penerapan Metode Pembelajaran Demonstrasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam dan Bahasa dan Sastra Indonesia pada Siswa Kelas V SD Negeri 013 Tampan Pekanbaru Tahun Pelajaran 2009/2010.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah dengan penerapan Metode Pembelajaran Demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam pada siswa kelas V SD Negeri 013 Tampan Pekanbaru?
2. Apakah dengan penerapan Metode Pembelajaran Demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa dan Sastra Indonesia pada siswa kelas V SD Negeri 013 Tampan Pekanbaru?

C. Tujuan Perbaikan
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi alat peredaran darah.
2. Pada pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia meningkatkan hasil belajar siswa pada materi puisi karya anak.

D. Manfaat Perbaikan
1. Bagi Siswa, untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan Metode Pembelajaran Demonstrasi.
2. Bagi guru, khususnya guru mata pelajaran Ilmu Pengetahun Alam dan Bahasa dan Sastra Indonesia di SD Negeri 013 Tampan Pekanbaru dapat memperluas wawasan pengetahuan dan menambah alternatif strategi pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa, sekaligus sebagai bahan masukan dan dapat juga dijadikan bahan kajian penelitian lebih lanjut dalam cakupan yang luas.
3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk menentukan strategi pembelajaran yang baik, dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa.

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw III untuk Meningkatkan Minat Belajar PKn Siswa Kelas V SD Negeri 002 Rantau Panjang Kiri Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan Hilir

ABSTRAK
Tengku Zuraida, 0605162660. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw III untuk Meningkatkan Minat Belajar PKn Siswa Kelas V SD Negeri 002 Rantau Panjang Kiri Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan Hilir. Skripsi. Program Studi PKn Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Riau. Pembimbing: (I) Sri Erlinda, S.IP., M.Si, (II) Dra. Hj. Musnelly Eva.

Penelitian ini dilatar belakangi oleh mayoritas minat belajar siswa rendah. Hal ini ditandai dengan hal-hal sebagai berikut: kurang aktif dalam proses pembelajaran sebesar 30%, siswa tidak tertarik untuk bertanya sebesar 40%, kurang perhatian dalam mengikuti pembelajaran PKn sebesar 30%, masih rendahnya nilai PKn siswa di bawah KKM (60) sebesar 53%. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar PKn siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw III di Kelas V SD Negeri 002 Rantau Panjang Kiri Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan Hilir.
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas kelas V pada SD Negeri 002 Rantau Panjang Kiri Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan Hilir, berjumlah sebanyak 30 orang, terdiri atas 16 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang dimulai dari bula Februari 2009 hingga Juni 2009.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa minat belajar siswa mengalami peningkatan skor dari siklus 1 sebesar 87 menjadi 123 pada siklus II. Aktivitas guru pada siklus I memiliki skor 30, meningkat pada siklus II menjadi 35. Keadaan ini menunjukkan bahwa penggunaan metode pembelajaran tipe Jigsaw III dapat meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran PKn di SD Negeri 002 Rantau Panjang Kiri Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan Hilir Tahun Pelajaran 2008/2009.
Tindakan yang dilakukan peneliti adalah: (1) pengelolaan pembelajaran oleh peneliti sudah sesuai dengan tahapan yang dimuat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), namun penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw III dalam proses pembelajaran terutama dari segi guru masih mengalami beberapa kelemahan, khususnya dalam hal menjelaskan model pembelajaran jenis kooperatif tipe Jigsaw III masih terlalu cepat; dan kurang memberikan penghargaan kepada siswa; khusus untuk mencari kalimat pokok dalam pelajaran, guru harus lebih mendalaminya lagi pada pelajaran Bahasa Indonesia, (2) aktivitas dan keantusiasan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran baik, hal ini terlihat dari elemen 1 (bekerja sama dalam kelompok) dari 43,33% meningkat menjadi 60,00%, dan pada elemen 3 (bertanya kepada guru) dari 43,33% meningkat menjadi 50,00%, (3) Siswa sudah mulai aktif memperhatikan dengan serius dan berani mengemukakan pendapatnya serta sudah mulai menanyakan kesulitan dalam belajar, (4) Dalam menyelesaikan tugasnya, siswa telah dapat melakukannya tepat waktu meski harus mendapat bimbingan guru.
Meningkatnya minat belajar pada siklus II dibandingkan siklus 1 menunjukkan bahwa penelitian ini dapat dikatakan berhasil terbukti siswa yang mencapai kriteria minat belajar pada klasifikasi tinggi (123). Artinya, perencanaan pembelajaran yang dibuat sesuai (cocok) untuk mengatasi permasalahan (gejala) yang terjadi di dalam kelas pada mata pelajaran PKn di Kelas V SD Negeri 002 Rantau Panjang Kiri Kecamatan Kubu Kabupaten Rokan Hilir Tahun Pelajaran 2008/2009.

Kata kunci: Penerapan Tipe Jigsaw III, Minat Belajar Siswa

POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KEGIATAN BELAJAR ANAKNYA DI RUMAH (Studi Pada Keluarga Etnis Tionghoa Yang Anaknya Sekolah di SD Beer Seba Sukajadi Pekanbaru Riau)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KEGIATAN BELAJAR ANAKNYA DI RUMAH (Studi Pada Keluarga Etnis Tionghoa Yang Anaknya Sekolah di SD Beer Seba Sukajadi Pekanbaru Riau).” Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah pola asuh orang tua terhadap kegiatan belajar anaknya di rumah, khususnya pada keluarga etnis Tionghoa yang anaknya sekolah di SD Beer Seba Sukajadi Pekanbaru Riau?”. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan tersebut.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan naturalistik dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Yang menjadi informan inti dalam penelitian ini adalah orang tua siswa etnis Tionghoa, yaitu ibu rumah tangga sebanyak 5 orang. Alasan penulis memilih ibu dari siswa etnis Tionghoa adalah karena Ibulah yang paling banyak berperan dalam pengasuhan anak di rumah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman pengamatan dan pedoman wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh orang tua terhadap kegiatan belajar anaknya di rumah, khususnya pada keluarga etnis Tionghoa yang anaknya sekolah di SD Beer Seba Sukajadi Pekanbaru, cenderung pada pola asuh bina kasih.

SURVEY TENTANG PENYESUAIAN SOSIAL ANAK BERDASARKAN LATAR BELAKANG EKONOMI ORANG TUA DI SEKOLAH DASAR KELAS V GUGUS IV TAMPAN PEKANBARU

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul: “SURVEY TENTANG PENYESUAIAN SOSIAL ANAK BERDASARKAN LATAR BELAKANG EKONOMI ORANG TUA DI SEKOLAH DASAR KELAS V GUGUS IV TAMPAN PEKANBARU”. Rumusan masalah: 1) Bagaimana gambaran penyesuaian sosial siswa ditinjau dari latar belakang ekonomi orang tua tergolong mampu? 2) Bagaimana gambaran penyesuaian sosial siswa ditinjau dari latar belakang ekonomi orang tua tergolong cukup mampu? 3) Bagaimana gambaran penyesuaian sosial siswa ditinjau dari latar belakang ekonomi orang tua tergolong kurang mampu?. Tujuan penelitian untuk menjawab 3 permasalahan tersebut. Asumsi: 1) Siswa memiliki penyesuaian sosial yang bervariasi. 2) Penyesuaian sosial siswa dapat diukur dan diidentifikasi indikator-indikatornya. 3) Tingkat penghasilan orang tua siswa adalahbervariasi. Populasi: siswa kelas V Sekolah Dasar Gugus IV Kecamatan Tampan Pekanbaru Semester I Tahun Pelajaran 2006/2007, sebanyak 392 orang siswa. Sampel: sebagai sampel diambil sebanyak 98 orang siswa (25%) dengan sampel proporsional random sampel. Metode penelitian: deskriptif. Data: penyesuaian sosial siswa berdasarkan latar belakang ekonomi orang tua di Sekolah Dasar Gugus IV Kecamatan Tampan, ditinjau dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Alat pengumpulan data: angket. Teknik analisa data: kurva normal dan teknik persentase. Kesimpulan: 1) Penyesuaian sosial anak berdasarkan latar belakang ekonomi orang tua yang tergolong mampu dalam lingkungan keluarga, kurang dari setengah tergolong baik (39.29%), dalam lingkungan sekolah tergolong baik (32.14%) dan kurang baik (32.14%), dalam lingkungan masyarakat tergolong kurang baik (39.29%). 2) Penyesuaian sosial anak berdasarkan latar belakang ekonomi orang tua yang tergolong cukup mampu pada aspek lingkungan keluarga, kurang dari setengah tergolong cukup baik (44.44%), pada lingkungan sekolah tergolong kurang baik (48.15%), pada aspek lingkungan masyarakat tergolong baik (37.04%). 3) Penyesuaian sosial anak berdasarkan latar belakang ekonomi orang tua yang tergolong kurang mampu dalam aspek lingkungan keluarga, kurang dari setengah tergolong kurang baik (37.50%), dalam lingkungan sekolah tergolong cukup baik (37.50%), dalam lingkungan masyarakat, tergolong cukup baik (37.50%). Rekoemndasi: 1) Temuan penelitian tentang penyesuaian sosial anak berdasarkan latar belakang ekonomi orang tua yang tergolong mampu, pada lingkungan masyarakat, yang tergolong cukup mampu pada aspek lingkungan sekolah, dan yang tergolong kurang mampu pada lingkungan keluarga cenderung kurang baik. Untuk itu diharapkan kepada guru agar memberikan layanan bimbingan sosial kepada siswa, baik secara perorangan maupun secara kelompok. 2) Kepada orang tua agar dapat memberikan perhatian dan pengawasan terhadap penyesuaian sosial anaknya, baik saat di rumah, ketika di lingkungan sekolah dan di lingkungan masyarakat, seperti dengan menegaskan batas-batas hak dan kewajiban yang pantas dilakukan seorang anak. 3) Kepada peneliti selanjutnya, agar meneliti tentang penyesuaian sosial siswa dikaitkan dengan aspek lain seperti faktor prestasi belajar, jenis kelamin, sosial, budaya, dan aspek lainnya.

Rabu, 04 Agustus 2010

PENGARUH DISIPLIN KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. SUKA FAJAR Ltd CABANG PEKANBARU

ABSTRAK

PENGARUH DISIPLIN KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA
KARYAWAN PADA PT. SUKA FAJAR Ltd
CABANG PEKANBARU

Langkah awal untuk mencapai kinerja yang diharapkan, harus dimulai dari disiplin. Disiplin dalam segala hal antara lain disiplin dalam mentaati waktu kerja, disiplin dalam bekerja dan memenuhi target pekerjaanya dan bukan bekerja asal-asalan, termasuk juga disiplin dalam mencapai target merupakan syarat utama bagi karyawan tanpa pengecualian untuk melaksanakan tugas dan fungsinya masing-masing dengan baik.
Penilaian prestasi kerja dalam rangka pengembangan sumber daya manusia adalah sangat penting artinya. Hal ini mengingat, bahwa dalam kehidupan organisasi setiap orang sumber daya manusia dalam organisasi ingin mendapatkan penghargaan dan perlakuan yang adil dari pemimpin organisasi yang bersangkutan.
Dengan menurunnya disiplin kerja karyawan, maka secara langsung akan mengakibatkan meningkatnya target penjualan yang tidak dapat direalisasikan oleh karyawan Departemen Sales, yang pada gilirannya akan menjadi beban kerugian bagi PT. Suka Fajar Ltd Cabang Pekanbaru, apabila benar-benar tidak terealisasi lagi.
Penelitian ini dilakukan pada PT. Suka Fajar Ltd Cabang Pekanbaru yang terletak di jalan Soekarno Hatta Kav. 140 Pekanbaru. Pengambilan sampel dalam penelitian ini berdasarkan jumlah karyawan pada Departemen Sales sebanyak 26 orang. Sedangkan, analisa datanya dengan menggunakan metode deskriptif dan korelasional dengan pendekatan kuantitatif, untuk mengetahui pengaruh disiplin kerja terhadap prestasi kerja karyawan dianalisis dengan regresi sederhana dengan menggunakan program SPSS .
Melalui hasil perhitungan program SPSS antara disiplin kerja terhadap prestasi kerja karyawan, maka diperoleh out put besarnya pengaruh antara variabel disiplin kerja dengan prestasi kerja karyawan menunjukkan besarnya koefisien korelasi sebesar 0.799. Artinya, hal ini menunjukkan korelasi yang berarti (signifikan). R. Square (Koefisien Determinasi) sebesar 0.638 atau 63.80%. Sumbangan disiplin kerja terhadap prestasi kerja karyawan sebesar 0.638. Artinya, sebanyak 63.80% prestasi kerja karyawan ditentukan oleh variabel disiplin kerja, sedangkan sisanya sebanyak 36.20% lagi ditentukan oleh variabel lain, selain disiplin kerja.
Sebaiknya pimpinan perusahaan dapat meningkatkan pelaksanaan disiplin kerja, guna untuk memaksimalkan pencapaian prestasi kerja karyawan, sehingga diharapkan tercapai target penjualan yang direncanakan perusahaan, di samping faktor lainnya seperti efisiensi, kemampuan memprediksi selera pasar, strategi pemasaran yang variatif, integrasi, motivasi, dan inovasi yang handal.

Kata kunci: disiplin kerja, prestasi kerja.

PROFESIONALISME GURU SEKOLAH DASAR NEGERI GUGUS I DI KECAMATAN KANDIS KABUPATEN SIAK

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Reformasi pendidikan merupakan respon terhadap perkembangan tuntutan global sebagai suatu upaya untuk mengadaptasikan sistem pendidikan yang mampu mengembangkan sumber daya manusia untuk memenuhi tuntutan zaman yang sedang berkembang. Melalui reformasi pendidikan, pendidikan harus berwawasan masa depan yang memberikan jaminan bagi perwujudan hak-hak azasi manusia untuk mengembangkan seluruh potensi dan prestasinya secara optimal guna kesejahteraan hidup di masa depan.
Guru adalah salah satu unsur manusia dalam proses pendidikan.1 Dalam proses pendidikan di sekolah, guru memegang tugas ganda yaitu sebagai pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar guru bertugas menuangkan sejumlah bahan pelajaran ke dalam otak anak didik, sedangkan sebagai pendidik guru bertugas membimbing dan membina anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap, aktif, kreatif, dan mandiri. Djamarah berpendapat bahwa baik mengajar maupun mendidik merupakan tugas dan tanggung jawab guru sebagai tenaga profesional.
Oleh sebab itu, tugas yang berat dari seorang guru ini pada dasarnya hanya dapat dilaksanakan oleh guru yang memiliki kompetensi profesional yang tinggi. Guru memegang peranan sentral dalam proses belajar mengajar, untuk itu mutu pendidikan di suatu sekolah sangat ditentukan oleh kemampuan yang dimiliki seorang guru dalam menjalankan tugasnya. Menurut Aqib guru adalah faktor penentu bagi keberhasilan pendidikan di sekolah, karena guru merupakan sentral serta sumber kegiatan belajar mengajar. Lebih lanjut dinyatakan bahwa guru merupakan komponen yang berpengaruh dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan atau kompetensi profesional dari seorang guru sangat menentukan mutu pendidikan.
Pada dasarnya tingkat kompetensi profesional guru dipengaruhi oleh faktor dari dalam guru itu sendiri yaitu bagaimana guru bersikap terhadap pekerjaan yang diemban. Sedangkan faktor luar yang diprediksi berpengaruh terhadap kompetensi profesional seorang guru yaitu kepemimpinan kepala sekolah, karena kepala sekolah merupakan pemimpin guru di sekolah.
Sikap guru terhadap pekerjaan merupakan keyakinan seorang guru mengenai pekerjaan yang diembannya, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada guru tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara tertentu sesuai pilihannya. Sikap guru terhadap pekerjaan mempengaruhi tindakan guru tersebut dalam menjalankan aktivitas kerjanya. Bilamana seorang guru memiliki sikap positif terhadap pekerjaannya, maka sudah barang tentu guru akan menjalankan fungsi dan kedudukannya sebagai tenaga pengajar dan pendidik di sekolah dengan penuh rasa tanggung jawab. Demikian pula sebaliknya seorang guru yang memiliki sikap negatif terhadap pekerjaannya, pastilah dia hanya menjalankan fungsi dan kedudukannya sebatas rutinitas belaka. Untuk itu amatlah perlu kiranya ditanamkan sikap positif guru terhadap pekerjaan, mengingat peran guru dalam lingkungan pendidikan dalam hal ini sekolah amatlah sentral.
Sikap guru terhadap pekerjaan dapat dilihat dalam bentuk persepsi dan kepuasaannya terhadap pekerjaan maupun dalam bentuk motivasi kerja yang ditampilkan. Guru yang memiliki sikap positif terhadap pekerjaan, sudah barang tentu akan menampilkan persepsi dan kepuasan yang baik terhadap pekerjaanya maupun motivasi kerja yang tinggi, yang pada akhirnya akan mencerminkan seorang guru yang mampu bekerja secara profesional dan memiliki kompetensi profesional yang tinggi. Sikap positif maupun negatif seorang guru terhadap pekerjaan tergantung dari guru bersangkutan maupun kondisi lingkungan. Menurut Walgito, sikap yang ada pada diri seseorang dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu faktor fisiologis dan psikologis, serta faktor eksternal, yaitu berupa situasi yang dihadapi individu, norma-norma, dan berbagai hambatan maupun dorongan yang ada dalam masyarakat.
Sekolah sebagai organisasi, di dalamnya terhimpun unsur-unsur yang masing-masing baik secara perseorangan maupun kelompok melakukan hubungan keja sama untuk mencapai tujuan. Unsur-unsur yang dimaksud, tidak lain adalah sumber daya manusia yang terdiri dari kepala sekolah, guru-guru, staf, peserta didik atau siswa, dan orang tua siswa. Tanpa mengenyampingkan peran dari unsur-unsur lain dari organisasi sekolah, kepala sekolah dan guru merupakan personil intern yang sangat berperan penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan di sekolah.
Guru dikatakan profesionalisme, apabila dalam pelaksanaan tugas guru mampu untuk tampil di dalam kelas secara profesional. Profesionalisme guru dapat dilihat dari: (1) kemampuan merencanakan program belajar mengajar, (2) menguasai bahan pelajaran, (3) melaksanakan/mengelola proses belajar mengajar, (4) menilai kemajuan proses belajar mengajar.
Berdasarkan pengamatan penulis terhadap profesionalisme guru di Kecamatan Kandis Kabupaten Siak ditemui gejala-gejala sebagai berikut:
1. Ada sebagian guru yang kurang mampu merencanakan program belajar mengajar, sehingga kurang profesional dalam melaksanakan tugas.
2. Ada sebagian guru yang kurang mampu menguasai bahan pelajaran, sehingga kurang profesional dalam melaksanakan tugas.
3. Ada sebagian guru yang kurang mampu melaksanakan/mengelola proses belajar mengajar, sehingga kurang profesional dalam melaksanakan tugas.
4. Ada sebagian guru yang kurang mampu menilai kemajuan proses belajar mengajar, sehingga kurang profesional dalam melaksanakan tugas.
Gejala-gejala di atas menunjukkan bahwa profesionalisme guru pada Sekolah Dasar Negeri Gugus I Kecamatan Kandis Kabupaten Siak masih rendah. Apakah memang benar demikian? Hal inilah perlu diteliti, karena dengan profesionalisme guru akan memberikan kesempatan kepada guru untuk memaksimalklan pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belang masalah serta fenomena-fenomena yang telah dipaparkan, maka dapat diidentifikasikan permasalahannya yaitu: (1) apakah semua guru SD sudah mampu merencanakan program belajar mengajar, (2) apakah semua guru SD sudah mampu menguasai bahan pelajaran, (3) apakah semua guru SD sudah mampu melaksanakan/mengelola proses belajar mengajar, (4) apakah semua guru SD sudah mampu menilai kemajuan proses belajar mengajar.

C. Pembatasan Masalah
Agar lebih mengarah pada pokok permasalahan, untuk itu diberikan batasan masalah penelitian tentang profesionalisme guru Sekolah Dasar Negeri Gugus I Kecamatan Kandis, yaitu: : (1) kemampuan merencanakan program belajar mengajar, (2) menguasai bahan pelajaran, (3) melaksanakan/mengelola proses belajar mengajar, (4) menilai kemajuan proses belajar mengajar.

D. Rumusan Masalah
Berlandaskan gejala dan pembatasan masalah di atas, dapat diformulasikan masalah penelitian yang akan diteliti, yaitu: Seberapa baik profesionalisme guru sekolah Dasar Negeri Gugus I Kecamatan Kandis Kabupaten Siak?

E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat profesionalisme guru sekolah Dasar Negeri Gugus I Kecamatan Kandis Kabupaten Siak.

F. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai :
1. Teoritis untuk keperluan pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang peningkatan profesionalisme guru sekolah Dasar Negeri Gugus I Kecamatan Kandis Kabupaten Siak.
2. Praktis bagi:
a. Kepala SD sebagai informasi data dalam mengevaluasi prestasi kerja dan tanggung jawab tugasnya masing-masing dalam peningkatan profesionalisme guru sekolah Dasar Negeri Gugus I Kecamatan Kandis Kabupaten Siak.
b. Instansi terkait sebagai bahan masukan untuk lebih meningkatkan perhatian dalam rangka memajukan dunia pendidikan.
c. Peneliti sebagai wadah untuk menambah wawasan berpikir dalam penulisan karya ilmiah dan sekaligus memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Penggunaan Metode Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar PKn di SD Negeri 004 Teratak Air Hitam

ABSTRAK

Arnalis, 2008. Penggunaan Metode Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar PKn di SD Negeri 004 Teratak Air Hitam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi. Penelitian Tindakan Kelas. Program Studi Pendidikan Pancasilan dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Riau. Pembimbing: (I) Dr. Gimin, M.Pd, (II) Hj. Nurmi Chatim, SH.

Kata kunci: penggunaan metode STAD, motivasi belajar

Penelitian ini bertujuan meningkatkan motivasi belajar siswa pada pembelajaran PKn siswa kelas IV di SD Negeri 004 Teratak Air Hitam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi. Penelitian ini dilakukan pada 22 orang siswa, yang terdiri atas 12 perempuan, dan 10 orang laki-laki. Data dikumpulkan melalui lembaran observasi untuk data aktivitas guru dan aktivitas siswa, dan daftar nilai untuk mengumpulkan daya serap siswa, dengan standar minimal 6.5 (ketuntasan minimal).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, terbukti aktivitas siswa (motivasi belajar) pada siklus 2 ini mencapai 96.43% (sangat tinggi) dari yang diharapkan. Lebih tinggi 20.24% dari hasil pada siklus 1 yang hanya mencapai 76.19% (tinggi). Keberhasilan ini disebabkan oleh karena guru dalam melaksanakan pembelajaran, telah melakukan langkah pembelajaran metode STAD, seperti: menyampaikan tujuan pembelajaran, menyajikan materi pembelajaran, mengorganisasi kelompok kerja, mengevaluasi, memberikan penghargaan. Pada aktivitas guru terjadi peningkatan pada siklus 2, yaitu sebesar 100%, angka ini cenderung meningkat dibandingkan dengan siklus 1 sebesar 96.00%. Kelemahan penerapan metode STAD pada siklus 1 tersebut telah diperbaiki pada siklus 2, dan mencapai tingkat sangat sempurna, ternyata dapat meningkat tingkat motivasi belajar siswa siswa. Melalui perbaikan proses pelaksanaan metode STAD pada siklus 2 tersebut, tingkat motivasi belajar siswa mencapai ketuntasan individu maupun ketuntasan kelas dengan nilai rata-rata 91.36.
Tindakan Penelitian Tindakan Kelas ini terlihat dari meningkatnya tingkat motivasi belajar siswa pada siklus 2 dibandingkan sebelum penerapan metode kooperatif tipe STAD maupun pada siklus 1 menunjukkan bahwa perbaikan pembelajaran yang dibawakan dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi. Artinya, perencanaan pembelajaran yang dibuat sesuai (cocok) untuk mengatasi permasalahan (gejala) yang terjadi di dalam kelas pada mata pelajaran PKn dari sebelumnya ke siklus 1 hingga siklus 2 menunjukkan bahwa penerapan metode kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan tingkat motivasi belajar siswa PKn siswa kelas IV SD Negeri 004 Teratak Air Hitam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi Tahun Pelajaran 2007/2008.